
-->
Hubungan diplomatik Australia dan Israel memanas setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melancarkan serangan pribadi terhadap Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.
Ketegangan mencuat kurang dari 24 jam setelah Israel mengusir perwakilan Australia sebagai balasan atas rencana Canberra mengakui negara Palestina serta penolakan visa bagi politisi sayap kanan Israel, Simcha Rothman.
“Sejarah akan mengingat Albanese apa adanya: seorang politisi lemah yang mengkhianati Israel dan menelantarkan kaum Yahudi Australia,” tulis Netanyahu di akun X pada Selasa (19/8), dikutip 9News, Rabu (20/8/2025).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa’ar menuding Australia bersikap antisemit dan mengecam rencana pengakuan Palestina. Ia juga memprotes penolakan visa terhadap Rothman, yang dikenal mendukung kelanjutan perang, relokasi massal warga Palestina, serta pembangunan kembali permukiman Yahudi di Gaza.
Menanggapi hal itu, Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong menyebut langkah Israel “tidak dapat dibenarkan” dan menilai pemerintahan Netanyahu justru mengisolasi diri serta merusak upaya internasional menuju solusi dua negara.
Kritik juga datang dari dalam negeri Israel. Pemimpin Oposisi Yair Lapid menyebut Netanyahu sebagai “pemimpin paling beracun secara politik di dunia Barat” dan menilai serangan terhadap Albanese hanya memperburuk posisi Israel di mata dunia.
Meski demikian, Menteri Keuangan Australia Katy Gallagher menegaskan hubungan kedua negara belum sepenuhnya rusak. Ia menyatakan keputusan Canberra didasarkan pada pandangan mengenai solusi dua negara dan jalur menuju perdamaian.
“Keputusan kami bertujuan mendorong perdamaian, bukan mengisolasi Israel. Kami tetap menginginkan komunikasi terbuka,” ujarnya.
Australia sendiri berencana mengikuti jejak Prancis, Inggris, dan Kanada untuk mengakui status kenegaraan Palestina dalam sidang Majelis Umum PBB pada September mendatang.